Pencemaran Lingkungan Bisa Berasal dari Jajanan Sekolah

Ilustrasi
ECHIZEN - Jakarta Anak harus dilindungi dari bahaya pencemaran lingkungan guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Namun, apakah orangtua dan orang dewasa lainnya sudah menjalani kewajiban itu? Tampaknya belum.

"Jika mengacu pada prinsip anak adalah aset bangsa untuk masa depan, maka orangtua atau orang dewasa harus meningkatkan perhatian dan kepedulian pada nasib anak dengan sungguh-sunggu dan konsisten," kata Kepala Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia Tri Edhi Budhi Soesilo dalam seminar `Lindungi Buah Hati Kita dari Bahaya Pencemaran Lingkungan`di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kuningan, Jakarta Selatan.

Kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik dengan prinsip tersebut. Contoh, jumlah pedagang gorengan nakal masih cukup banyak. Plastik yang tidak boleh digunakan karena sulit diurai dan menyatu dengan tanah justru dicampur dengan minyak untuk membuat gorengan seperti bakwan, tahu, tempe, dan cireng agar terasa lebih gurih dan krenyes.

"Gokil, biar renyah, plastik juga dipakai untuk menggoreng. Belum lagi minyak yang digunakan itu sudah dipakai lebih dari 10 kali. Bayangkan jika itu masuk ke dalam tubuh anak kita yang berada di masa keemasan," kata Tri Edhi.

"Di sekolah juga ada jajanan anak berupa cilok yang dicelup ke dalam saus. Terkadang, cilok yang dicelupkan itu sudah dijilat terlebih dulu sama si anak. Yang terjadi, di saus itu berkumpul bekas liur. Bayangkan lagi kalau yang jajan makanan itu satu sekolah. Satu orang gondokan, menyebar ke semua," kata Tri Edhi menambahkan

0 komentar:

Posting Komentar